1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 | Pengalaman yang menarik, dan memang kenyataannya Jakarta memang begitu. Setelah bertahun-tahun, hampir 20 tahun, aktif berlalu lintas di Jakarta, saya merasa sudah cukup tahu sifat warga pengendara di Jakarta. Sehingga, sudah 10 tahun terakhir, konfrontasi dengan warga lain dapat dihindari. (took me 10 years to learn, hhh) Jika anda mencari aman, tips dan triknya cukup banyak, tidak akan muat kalau ditulis disini semuanya. Namun saya akan menulis sebagian kecil yang mendasar saja, dan berhubungan dengan postingan di atas. 1. Driving is not worth dying for (Mati dalam berlalu-lintas itu konyol). Hindari konfrontasi jika memungkinkan, meskipun anda pikir anda benar. Sangatlah tidak berguna kalau anda berkelahi mati2an gara2 berebut jalan searah. Lebih baik mati normal saja, atau membela negara, atau di sirkuit, daripada menjunjung rambu lalu lintas. 2. Kepentingan umum di atas kepentingan pribadi (Yang banyak yang menang). Memang kedengarannya tidak terhormat. Namun, pada kenyataannya, ini adalah hukum rimbanya. Pada kasus postingan di atas, pengendara APV sebaiknya tidak memaksakan pemuda pengendara motor untuk maju pada lampu hijau. Kalau saya, saya akan mengklakson sekali, dim sekali, kalau tidak ada reaksi, saya akan cari jalan lain. Karena kepentingan mereka, yang lebih banyak, lebih penting daripada pribadi saya. Contoh lain, jika ada 10 mobil parkir di rambu dilarang parkir, dan anda kena macet karenanya, maka sebaiknya anda memakluminya karena untuk kepentingan yang lebih banyak. Dst, 3. Know your surroundings (kenalilah lingkungan sekitar anda). Umumnya, lingkungan di jantung jakarta adalah lingkungan yang penuh dengan orang stres. Kalau anda menantang pengendara motor di jalan sudirman yang macetnya di luar akal sehat, siap2lah emosi jiwa raga karenanya. Ini benar-benar tidak mengagetkan untuk saya. Berhubungan dengan point 1, 2, dan 4, sebaiknya dalam situasi serupa pejalan kaki yang mengalah. Kalaupun anda tidak senang, cukup meminta pengendara motor agar lebih sopan dalam meminta jalan. 4. This road is not yours (jalanan milik bersama). Jalanan digunakan bersama-sama oleh kita semua. Rambu2 dibuat supaya kita lebih tertib. Namun, ingat2lah kembali, bahwa jalanan milik kita bersama, dan rambu2 hanya berlaku kalau ada polisi. Jangan berpikiran, "lu gak bisa motong gw, ini jalur gw" atau "gw di jalur yang bener, lu yang salah". Meskipun anda benar, jalan ini sebenarnya milik sama-sama, jadi berbagilah. Biarkan yang memotong itu lewat. Tidak ada gunanya untuk dilawan. Anggaplah dalam hati memberi rejeki kepada orang yang tidak mampu. Sering saya melihat orang berebutan masuk jalur yang sama, misalnya gerbang tol, sampai senggol2an spion, bahkan body. Saya biasanya hanya berhenti di belakang mereka dan tertawa terbahak. 5. We are not racing in a circuit (beda beberapa menit tidak akan mempengaruhi perjalanan anda). Jika anda terburu-buru, kadang satu dua detik pun berharga, begitu lampu hijau langsung klakson. ada satu mobil di depan yang bisa disusul, langsung susul. dan anda tiba 5 menit lebih cepat daripada tidak melakukan itu semua. tidak ada gunanya. semua orang tahu Jakarta macet, terlambat sampai 30 menit pun masih bisa dimaklumi. Kalau anda bisa menerapkan point ini, percayalah, hidup anda di jalanan bisa menjadi lebih tenang. Masih banyak lagi cara-cara berkendara aman atau defensive driving. Tips dan trik tersebut berdasarkan pengalaman pribadi saya. Rakyat Indonesia, khususnya Jakarta ini, baru tertib kalau ada polisi. Itupun kalau polisinya lebih kuat dari offenders-nya. Sehingga, sampai saat dimana semua undang2 / peraturan bisa dijaga oleh polisi, saya berpendapat sebaiknya kita defensive dulu. Kesimpulan saya, Jakarta dapat menjadi mengerikan, jika anda membuatnya demikian. Soal pencari keributan di mesjid. Untuk beberapa orang, hal seperti ini memang layak diperjuangkan, bahkan ada extremist yang bilang worth dying for. Namun untuk yang satu ini saya tidak mau comment lebih jauh. |
Direct link: https://paste.plurk.com/show/wVS6x9owqcidKaFjsSlO